Antara DaVinci Code dan Ayat-ayat Setan

Isnin, 13 Julai 2009
Tulisan ini sebenarnya aku buat hari ini untuk menjawab pertanyaan dari sdr (atau sdri?) Miyaki, yg menulis komentar pada tulisanku sebelumnya tentang “Sir” Salman Rushdie yg juga sedikit menyebut tentang buku The DaVinci Code-nya Dan Brown. Di situ dia bertanya, sebagai buku yg sama2x mengguncang iman pemeluknya, mengapa penulis The Satanic Verses (ayat-ayat setan), Salman Rushdie sampai dijatuhi hukuman mati, sedangkan The Davinci Code hanya dilarang membacanya, bahkan sukses difilmkan? Mengapa terjadi seperti itu? Karena untuk menjawabnya saya memandang perlu untuk menjelaskan beberapa hal secara detail yg mungkin bisa panjang sekali, maka saya menuangkannya dalam bentuk tulisan ini.

Dan tulisan ini adalah juga untuk memberikan penjelasan bagaimana sesungguhnya pandangan & pemahaman umat Kristen & Islam terhadap agamanya, sehingga membuat tidak ada seorang pemuka agama Kristen yg memberikan vonis mati bagi Dan Brown yg telah menulis The DaVinci Code, tidak seperti fatwa mati yg dilontarkan oleh seorang Ayatullah Khomeini pada Salman Rushdie, penulis buku Ayat-ayat setan.

Mohon maaf sebelumnya bila ada yg merasa tidak senang dg penjelasan saya. Saya adalah orang yg sudah sangat sering melakukan diskusi perbandingan agama dg rekan2x yg berbeda agama, bahkan kadang2x sampai dalam perdebatan yg cukup “panas” (debat ilmiah dg logika & ilmu spt yg dilakukan oleh Ahmed Deedat & Zakir Naik, bukan debat kusir/ngawur yg cuma saling menghina spt di milis2x debat kusir…), tapi sampai sekarang kami masih tetap berhubungan & berteman. Keterbukaan & saling menghargai pendapat orang lain adalah kuncinya. Pada akhirnya semua kembali pada diri masing2x, tidak ada orang yg boleh memaksakan pendapatnya pada orang lain, lebih2x dalam urusan religi yg bersifat sangat pribadi. :)

Dari “gaya bahasa” anda (sdr Miyaki) menurut saya anda adalah seorang Kristen (mohon maaf kalau salah), semoga anda bukan seorang yg beragama dg doktrin, karena bila anda beragama hanya dg berpegang pada doktrin, maka apa yg menjadi pertanyaan anda itu tidak pernah akan anda dapatkan jawabannya, karena mungkin tidak pernah akan anda pahami. Saya adalah orang yg beragama dg logika. Bagi saya agama harus dapat dijelaskan dg logis sampai batas tertentu. Itulah kenapa saya selalu berusaha bersikap kritis tidak hanya terhadap agama lain, bahkan juga terhadap agama saya sendiri, Islam.

Komentar sdr Miyaki :

Sebelumnya saya sendiri belum membaca karya Salman Rushdie dan tdk ingin berkomentar soal pemberian gelar Sir kepadanya. Saya hanya tergelitik untuk membahas perbandingan perlakuan antara karya Rushdie dan Brown.

Dengan asumsi bahwa kedua karya mereka menggoncang hebat iman agama masing-masing, maka kenapa agama satunya sampai memvonis hukuman mati kepada si pengarang, sementara agama lain hanya memberikan anjuran agar tidak membaca karya tersebut. Bahkan novelnya berhasil diangkat ke film dan tidak dibatasi peredaran bukunya.

Dan perkara karikatur, terlepas dari etika, agama Kristen dan “Tuhan Kristen” sempat menjadi sasaran “kreativitas” kartunis2 semacam itu dan meski menimbulkan sedikit polemik, tapi karya-karya mereka tak lantas dihujat dan si pembuat karya tak serta merta dijatuhi fatwa hukuman mati.

Kenapa bisa begini? Adakah yg bisa menjawab?

Ya. Insyaallah saya bisa menjawabnya. Tapi mohon maaf kalau harus melalui penjelasan yg panjang lebar dulu. :)

>>> Dengan asumsi bahwa kedua karya mereka menggoncang hebat iman agama masing-masing, maka kenapa agama satunya sampai memvonis hukuman mati kepada si pengarang, sementara agama lain hanya memberikan anjuran agar tidak membaca karya tersebut.

Menurut anda kedua buku tsb mengguncang hebat iman kedua agama? Menurut saya , mungkin ya mungkin tidak. Kenapa? Karena tidak semua orang Kristen terguncang imannya oleh buku The Davinci Code. Karena mereka tahu kalau itu cuma bohong seperti yg di klaim gereja? Bukan! Karena sebenarnya tidak semua orang Kristen memandang isi buku itu adalah sebuah hujatan. Sedangkan tampaknya umat Islam mempunyai satu suara yg menganggap buku Rushdie adalah sebuah hujatan & penghinaan terhadap Islam. Semoga lain waktu nanti saya bisa menuliskan tentang buku The DaVinci Code di blog ini. Inti paling vital dari kontroversi buku Brown itu adalah kesimpulan bahwa Yesus adalah bukan Tuhan dan menjalani kehidupan manusia normal dg menikah & mempunyai anak. Benarkah kesimpulan itu? Tergantung… :)

Apa anda tahu kalau dalam Kristen itu ada sekitar 20.000 sekte/golongan? (Michael Keene, Agama-agama Dunia). Yg mana dalam setiap golongan itu terdapat banyak sekali perbedaan2x & pertentangan2x yg sering membuat mereka bertikai bahkan saling menyerang? Sekte terbesar (dalam segi jumlah pemeluk) dalam Kristen adalah : Katolik Roma, Protestan, dan Ortodoks, yg masing2x juga masih dibagi lagi dalam banyak sekte. Misalnya dalam Protestan pemeluk terbesarnya adalah sekte gereja Anglikan. Perbedaan2x yg ada antara mereka juga sangat banyak, dari yg menyangkut tata cara ibadah sehari-hari sampai masalah konsep yg fundamental seperti masalah ketuhanan & kitab suci.

Misalnya dalam penentuan tanggal hari Natalpun mereka juga berbeda, misalnya gereja Ortodoks Rusia merayakan natal pada tanggal 6 Januari, ada juga sekte yg berhari natal tanggal 1 Januari. Sementara aliran Katolik Roma & Protestan yg ada di Indonesia umumnya Natalan tanggal 25 Desember. Contoh lain yg juga mudah dilihat misalnya jumlah kitab dalam Bible orang Katolik (Duoy version) berbeda dg Bible orang Protestan (banyak memakai King James version). Penganut Katolik menganggap kitab Tobit s/d Makabe adalah termasuk firman Tuhan dan karenanya disertakan dalam Alkitab. Sedangkan penganut Protestan tidak menggunakan kitab2x itu karena dianggap bukan firman Tuhan, dan karenanya kitab2x tsb dikeluarkan dari Alkitab sewaktu revolusi Protestan dulu, dan hingga sekarang tidak dipakai lagi (saya tahu pasti hal ini karena saya juga punya beberapa versi Alkitab dalam bahasa Indonesia & Inggris).

Tahukah anda bahwa ada sekte2x Kristen yg tidak menganggap Yesus sebagai Tuhan? Beberapa yg kita tahu ada sekte kristen Saksi Yehovah yg sangat terkenal di Amerika, ada sekte Kristen Unitarian yg banyak di Timur Tengah & Eropa, dan bahkan di Indonesia ada Kristen Tauhid & Kristen Ibrahimik yg mereka semua tidak menganggap Yesus sebagai Tuhan!

Sedangkan bahkan dalam sekte Kristen yg menuhankan Yesus seperti Katolik Roma & banyak sekte Protestan, sebenarnya juga banyak pemeluknya yg sesungguhnya tidak benar2x percaya bahwa Yesus adalah Tuhan. Hal in terutama terlihat di negara2x barat yg orang2xnya lebih terbuka dalam mengemukakan pendapatnya. Ada banyak angket2x tertutup yg membuktikan hal itu. Kebanyakan dari mereka umumnya memendam saja pertanyaan itu di hati karena takut dibilang kafir atau murtad kalau bertanya ke pendeta/pastur. Beberapa yg bertanya juga hanya dapat jawaban bahwa mereka cuma harus percaya karena iman, sebab dg imanlah mereka akan diselamatkan (inilah yg saya bilang beragama dg doktrin, hanya harus percaya saja, tidak boleh berpikir, berpendapat, apalagi membantah!).

Juga kalau anda sering jalan2x ke toko buku, lihatlah pada bagian buku2x laris & dalam rak buku2x Kristen, anda akan lihat banyak sekali buku2x dari para ahli teologi yg mengulas tentang bagaimana kekristenan itu sebenarnya, termasuk menyatakan bahwa Yesus memang bukan Tuhan. Hal inilah yg kemudian memunculkan istilah “Yesus sejarah” dan “Yesus dalam iman” untuk dapat mengakomodir dua pendapat yg berlawanan itu. Di satu sisi, para ahli teologi, ahli sejarah kristen, dan mereka yg mempelajari kekristenan, menyatakan kalau Yesus bukanlah Tuhan, dan mereka berupaya menjelaskan sejarah kekristenan yg sebenarnya yg tidak pernah diberikan di gereja. Mereka selain mempelajari Alkitab secara obyektif, mempelajari sejarah kristen, dan bagi tingkat2x tertentu, mendapat akses membaca salinan naskah tertua kitab2x dalam Bible Kristen (yg tertua berasal dari abad ke 4, abad dimana berlangsung konsili Nicea yg penuh kontroversi itu).

Sedangkan di sisi lain, para pendeta, pastur, dan misionaris gereja mengajarkan di gereja bahwa Yesus itu adalah Tuhan, Yesus adalah putra Tuhan…, bahwa yg menulis Bible adalah para murid Yesus yg 12 itu…, bahwa tidak ada kitab2x lain selain yg tercantum dalam Bible…, bahwa kitab2x itu hanya ada satu versi yg sudah final dan tidak berubah sejak abad pertama…, bahwa tidak pernah ada pemaksaan keji oleh kerajaan & gereja terhadap orang untuk menganut agama kasih itu seperti yg terjadi saat peristiwa Inkuisisi di Eropa…, bahwa tidak pernah ada pembakaran hidup2x sekian banyak wanita dg tuduhan tukang sihir oleh gereja tanpa diadili…, bahwa tidak pernah terjadi pembantaian besar2xan thd orang Islam & Yahudi di Yerussalem saat perang salib pertama yg penyerangannya dicetuskan oleh seorang Paus…, dan lain-lain, dan lain-lain… yg semua itu disebutkan berbeda dalam buku2x resmi sejarah kristen yg juga dijual di toko2x buku yg sama! Dan sebagian informasi itu disebutkan dalam buku The DaVinci Code-nya Dan Brown, walaupun memang tidak semuanya akurat. Misalnya, belasan buku yg dibuat untuk menjawab buku itu, ternyata bukan membantah pembakaran hidup2x wanita2x dg tuduhan tukang sihir oleh gereja tanpa diadili, tapi hanya membantah jumlahnya. Mereka mengatakan kalau jumlahnya sebenarnya “hanya” ribuan saja, bukan puluhan ribu seperti yg ditulis Brown.

Jadi dalam ajaran Kristen, istilah Yesus sejarah & Yesus dalam iman itu adalah untuk menunjukkan kalau sisi sejarah Yesus & kekristenan memang diakui seperti itu, tapi hanya dalam sejarah. Sedangkan dalam iman, artinya yg harus diimani, adalah Yesus dalam iman, yaitu segala sesuatu tentang Yesus & kekristenan yg sesuai ajaran gereja yg ironisnya bertentangan dg Yesus sejarah. Walaupun kedengarannya sangat aneh, tapi hal ini adalah benar terjadi, dan banyak diulas di buku2x Kristen. Anda bisa buktikan sendiri.

Sebagai sebuah contoh, kalau besok anda berkunjung ke toko buku Gramedia yg cukup besar seperti di Puri Indah, dideretan buku laris mungkin akan anda temui buku best seller dari Bart D. Ehrman (kepala fakultas kajian agama di University of Carolina di Chapel Hill – Amerika Serikat) yg berjudul Misquoting Jesus, kesalahan penyalinan dalam kitab suci Perjanjian Baru, kisah siapa yg mengubah Alkitab dan apa alasannya (judul buku aslinya : Misquoting Jesus, The Story Behind Who Changed the Bible and Why). Saya juga melengkapi “perpustakaan” saya dg buku itu.

Buku itu dibuka dg kisah menyentuh dari si penulis dalam pertarungan batinnya saat melanjutkan kuliah kependetaannya ke jenjang yg lebih tinggi dg memasuki sebuah sekolah evangelist terkenal di Amerika yaitu Wheaton College di Chicago yg adalah juga almamater dari Billy Graham, seorang penginjil terkenal dari Amerika. Konflik batin yg besar telah mengguncangnya saat menemui kenyataan yg sangat berbeda dg apa yg selama ini ia terima di gereja & sekolah pendeta tentang kekristenan, dimana ia di sana mendapat akses untuk melihat naskah2x tertua (yg sebenarnya hanyalah salinan, sedang yg tulisan asli sudah tidak ada) yg sangat jauh berbeda dg yg ia baca di Bible yg beredar sekarang ini, termasuk dalam topik ketuhanan Yesus. Di buku itu ia mengungkapkan semua yg ia ketahui yg kini telah mengubah semua persepsinya tentang kekristenan, khususnya berdasarkan sejarah penulisan kitab sucinya. Coba saja anda cari, sekitar 2 minggu yg lalu saya masih melihatnya di toko buku.

Jadi pada umat Kristen ada banyak golongan yg mempunyai pandangan berbeda-beda tentang kekristenan, termasuk tentang ketuhanan Yesus. Saat Dan Brown diwawancarai & ditanya, sbg orang kristen, kenapa anda menulis buku seperti itu yg banyak dikecam orang kristen lain? Ia menjawab bahwa ketika anda bertanya pada 3 orang kristen tentang apa arti kekristenan, maka anda akan mendapatkan 3 jawaban yg berbeda. Sepertinya yg ia maksudkan adalah : sah-sah saja kalau ia punya pandangan demikian walaupun berbeda dari pandangan sekte2x besar, karena mungkin dalam sekte kristen yg ia anut (banyak yg mengira ia adalah seorang penganut sekte kristen Gnostik yg oleh sekte2x besar seperti Katolik Roma dianggap menyimpang) hal yg ia kemukakan dalam bukunya itu adalah bukan hal yang salah. Apalagi Brown menyatakan kalau sebelum menulis buku itu ia telah mengadakan serangkaian riset yg panjang dg tim-nya & mengadakan perburuan data ke sumber2x yg otoritatif sehubungan dengan topik dalam bukunya itu.

Maka dengan kondisi kekeristenan & umatnya yg seperti saya uraikan di atas tadi, sangat wajar kalau tanggapan umat Kristen terhadap buku The DaVinci Code sangat lebih “biasa-biasa” saja dibanding tanggapan umat Islam terhadap buku Ayat-ayat Setan-nya Salman Rushdie. Lagipula walaupun seringkali tampak mirip, sesungguhnya tedapat perbedaan yg jelas antara tulisan yg kritis dan tulisan yg menghujat. Secara intuisi-pun, tanpa harus berbekal ilmu yg cukup, sebenarnya seseorang dapat dengan mudah membedakan mana tulisan yg kritis dan mana tulisan yg menghujat. Dengan melihat latar belakang kekristenan yg seperti itu, sebenarnya buku The DaVinci Code masih dalam batas tulisan kritis, bukan tulisan yg menghujat. Sebaliknya melihat latar belakang Islam dan umatnya, tampaknya tulisan Salman Rushdie itu dianggap sudah berada dalam kriteria sebuah hujatan. Hal inilah yg mendasari adanya perbedaan perlakuan terhadap tulisan Brown dan tulisan Rushdie oleh umat Kristen dan umat Islam.

>>> Bahkan novelnya berhasil diangkat ke film dan tidak dibatasi peredaran bukunya.

Buku itu tidak dibatasi peredarannya ? Mungkin anda kurang mengikuti berita2x seputar kontroversinya dulu saat sedang booming. Di beberapa negara buku itu sempat diberitakan dilarang beredar, termasuk juga dg filmnya. Pembuatan filmnya diwarnai demostrasi dari gereja Katolik & para susternya. Lokasi pembuatan filmnya dibuat berpindah-pindah dan sembunyi2x untuk keamanan para pemain & kru-nya. Kalau tidak ada kecaman keras dari institusi2x resmi kekristenan seperti misalnya Vatikan, itu karena sebenarnya mereka tahu bahwa banyak hal yg benar tentang sejarah kekristenan yg diungkap di buku itu, hanya saja memang sebenarnya tidak boleh diberikan pada orang awam, dan mereka tidak ingin menimbulkan polemik yg bisa jadi akan merugikan mereka kalau salah menentukan sikap. Respon dari Vatikan terhadap gelombang “keterbukaan” yg seolah telah “dibuka” pintunya oleh Dan Brown tentang diskusi terbuka kekristenan, adalah menutup selama 3 tahun perpustakaan Vatikan yg berisi ribuan buku dg alasan renovasi. Bisa jadi pada saat dibuka kembali, koleksi buku & katalognya sudah berbeda, dg tidak menutup kemungkinan akan adanya penyensoran terhadap buku2x yg dinilai “berbahaya” untuk bebas diakses umum seperti yg sebelumnya telah terjadi.

Tentang berhasil diangkatnya novel Brown menjadi sebuah film di Holliwood, tentu saja sangat mudah dipahami sebabnya : no.1 adalah : uang! Siapa yg tidak ngiler untuk dapat kecipratan rejeki Dan Brown dari bukunya itu? Secara logis kalau bukunya saja bisa seheboh itu (dan se-efektif itu dalam menghasilkan uang), kenapa tidak dg filmnya..? Untuk yg satu ini tidak perlu diulas panjang lebar, karena sudah amat jelas motifnya.

Alasan berikutnya : apa anda tahu kalau di Holliwood saat ini sudah dikuasai oleh orang2x Yahudi? Ya, ada daftar yg sangat panjang untuk menyebutkan orang2x berpengaruh di Holliwood yg semuanya didominasi oleh orang2x keturunan Yahudi (semoga lain kali saya bisa menuliskan tentang ini di blog ini). Lantas, apa anda juga tahu kalau dalam agama Yahudi itu bukan hanya tidak mengakui Yesus sbg Tuhan, tapi juga mengingkari kenabiannya? Kalau dalam Kristen & Islam mengakui kelahiran Yesus yg ajaib dari rahim seorang perawan & mengakui Yesus sebagai nabi (+ sbg Tuhan dalam Kristen), maka dalam agama Yahudi Yesus dinyatakan sebagai anak haram Maria dari seorang tentara Romawi bernama Panthera, dan adalah seorang pembohong yg mengaku sebagai nabi. Hal ini terdapat dalam kitab suci umat Yahudi yg kedua setelah Taurat – tapi lebih utama pemakaiannya – yaitu Talmud (Prof. DR. Muhammad asy-Syarqazi, Talmud – kitab “hitam” Yahudi yang menggemparkan). Tentu saja mereka tidak berkeberatan untuk mengangkat ke film sebuah novell yg membuktikan bahwa Yesus bukanlah Tuhan. Apalagi kepercayaan pagan pemujaan dewi yg digambarkan di sana dekat dengan ajaran Kabbalah yg dianut banyak orang Yahudi, yg sebenarnya diambil dari ajaran pagan Mesir kuno (topik ajaran Kabbalah ini sendiri juga bisa jadi satu pembahasan yg panjang). Jadi kalau The DaVinci Code dianggap menyerang Kristen, bukan berarti Islam setuju dg novel itu.

>>> Dan perkara karikatur, terlepas dari etika, agama Kristen dan “Tuhan Kristen” sempat menjadi sasaran “kreativitas” kartunis2 semacam itu dan meski menimbulkan sedikit polemik,

Untuk masalah karikatur, anda harus pahami dulu ajaran Islam yg tidak memperbolehkan penggambaran fisik dalam bentuk apapun terhadap nabi Muhammad, baik itu gambar, lukisan, patung, dll. Ini adalah bentuk tindakan preventive yg sangat ketat untuk mencegah segala macam celah untuk membelokkan ajaran Islam dg memanfaatkan gambaran fisik dari nabi Muhammad itu. Hal yg berbeda dg di Kristen yg seakan-akan lebih sah kalau menyertakan gambaran fisik dari Yesus seperti lukisan, patung, dll. terutama untuk beribadah. Bisa dipahami kalau membuat gambar nabi Muhammad saja (sekalipun dalam gambar yg “baik-baik”) sudah akan dikecam orang Islam, apalagi kalau membuat gambar yg melecehkan nabi Muhammad sebagai penghinaan.

Misalnya saja, salah satu gambar karikatur itu telah menggambarkan sosok nabi Muhammad dg mengenakan sorban yg terbuat dari bom, yg sangat jelas dimaksudkan bahwa nabi Muhammad telah mengajarkan ajaran terorisme pada umatnya yg menyuruh umatnya melakukan terorisme. Padahal seperti yg saya tuliskan terdahulu dalam tulisan tentang Jihad, bahwa Islam tidak pernah mengajarkan terorisme pada umatnya, dan beberapa peristiwa pemboman teroris yg pernah dilakukan oleh orang2x yg mengaku beragama Islam dan berjuang untuk Islam itu sebenarnya adalah rekayasa kelompok2x tertentu di Barat untuk mendiskreditkan Islam sbg agama teroris dg memanfaatkan orang2x lugu yg dapat didoktrin dg mengatasnamakan Islam.

Sedangkan dalam Kristen penggambaran seorang Yesus tidak pernah dipermasalahkan dg serius. Terbukti Yesus telah digambar & dilukis dalam berbagai macam bentuk & rupa yg berbeda justru oleh kalangan yg otoritatif sendiri yaitu gereja, tapi tidak pernah ada yg memprotes. Saya pernah mendengar langsung tentang hal ini dari seorang Kristen yg menceritakannya dg ringan & penuh senyum tentang gambar Yesus yg berkulit merah, berambut lurus, & berwajah “indian” di gereja2x Amerika Selatan…, juga Yesus yg berkulit bule, bermata biru, berambut pirang ikal di gereja2x Amerika Utara & Eropa (ini yg paling banyak beredar)…, Yesus yg berkulit kuning, berambut hitam lurus, dan bermata sipit di gereja2x Cina…, bahkan Yesus berkulit hitam, berbibir tebal, & berambut hitam kriting di gereja2x di Afrika…! (Ini bukan mengada-ada, saya juga punya gambar2xnya). Sedangkan gambaran umum dari orang Yahudi asli adalah berkulit putih, berambut hitam cenderung lurus, bermata hitam, dg ciri hidung agak membengkok. Tapi tampaknya orang Kristen tidak berkeberatan “Tuhan”-nya diperlakukan seperti itu. Sedangkan menurut saya, bagi orang Islam itu sudah termasuk pelecehan terhadap Yesus yg diakui dalam Islam sbg seorang nabi & rasul.

Misalnya saya sedang berdakwah di satu pedesaan terpencil yg dihuni orang2x keturunan Jawa, saya tidak akan pernah menyampaikan bahwa nabi Muhammad adalah seorang keturunan Jawa dan memperlihatkan gambar beliau sedang mengenakan baju jawa, mengenakan kain batik, dan memakai blangkon..! Dalam dunia dakwah Islam tidak akan pernah terjadi yg seperti itu. Tapi rupanya itu bukan suatu hal yg bermasalah dalam dunia dakwah Kristen.

Dari penggambaran itu saja sudah bisa dibayangkan bagaimana sikap umat kedua agama tentang gambar tokoh utama dalam agama mereka. Ini menggambarkan tingkat kesensitifan yg berbeda tentang gambar Yesus dalam Kristen & gambar nabi Muhammad dalam Islam. Selain itu saya tidak pernah melihat gambar karikatur Yesus dalam posisi yg dilecehkan sedemikian rupa sehingga bisa membuat marah umat Kristen seperti yg terjadi dg karikatur nabi Muhammad. Kalaupun ada, mungkin saja itu bukan hal yg sensitif bagi umat Kristen mengingat hal yg saya sampaikan diatas tadi tentang gambar Yesus yg “multi ras” tapi tidak pernah dipermasalahkan. Dari sini sebenarnya bisa dilihat sejauh mana kecintaan umat Kristen terhadap Yesus-nya dan kecintaan umat Islam terhadap nabi Muhammad-nya.

>>> tapi karya-karya mereka tak lantas dihujat dan si pembuat karya tak serta merta dijatuhi fatwa hukuman mati.

Kalau ulah dari para kartunis untuk membuat karikatur yg bersifat melecehkan itu anda sebut “kreativitas”, ya itu mungkin sudah menunjukkan seperti apa tingkat penghormatan anda terhadap seorang tokoh agama :) Oh iya, para kartunis itu juga tidak ada yg dijatuhi hukuman mati kok, anda dapat info dari mana kalau para kartunis itu juga dijatuhi hukuman mati..? :)

Jadi untuk masalah karikatur ini kita tidak bisa membandingkan seperti yg anda lakukan, dan kalau anda mempertanyakan hal itu dg pandangan seakan-akan menyalahkan umat Islam yg terlalu sensitif terhadap kasus gambar karikatur nabi Muhammad sedangkan tidak demikian dg umat Kristen terhadap karikatur Yesus, saya harap dg penjelasan saya tadi cukup untuk membuka wawasan anda mengapa bisa terjadi seperti itu…

Tentang hukuman mati buat Salman Rushdie oleh imam Ayatullah Khomeini, anda harus bisa melihatnya lebih jeli. Saya bukan orang yg beragama dg doktrin yg akan membela apa saja yg dilakukan seseorang hanya karena orang itu mengaku beragama Islam. Tidak..! Kalau menurut saya tindakannya tidak tepat, ya saya tidak akan mendukungnya. Saya bukan orang yg mendukung apa yg dilakukan oleh Imam Samudra & Amrozi sbg pelaku bom Bali 1 karena saya tidak menganggapnya sebagai hal yg benar sekalipun mereka mengaku sbg orang Islam dan mengaku berjuang untuk Islam.

Demikian juga dg hukuman mati yg dilontarkan oleh Khomeini tsb sebenarnya saya pribadi juga tidak setuju, mestinya bisa ada tindakan yg lebih baik dari itu. Tapi anda juga harus melihat situasi perpolitikan di Timur Tengah saat itu dimana Khomeini bermain didalamnya. Ada hal2x tertentu yg tampaknya ingin dicapai oleh Khomeini dg fatwanya itu. Buktinya sewaktu beberapa tahun kemarin beredar lagi sebuah buku yg lebih menggemparkan umat Islam yaitu buku Islamic Invation karangan Robert Moorey yg konon membuat buku Rushdie jadi terlihat lebih “ramah”, ternyata tidak ada lagi seorang pemimpin umat sekaliber Khomeini yg memberikan fatwa mati pada Robert Moorey…

Hal serupa juga dilakukan oleh Paus yg baru Benedictus XVI yg sesaat setelah pelantikannya langsung membuat masalah dg memancing kemarahan umat Islam dg pidato/ceramahnya di sebuah universitas di Jerman yg menceritakan tentang sejarah agama Islam dg berupaya membentuknya seolah-olah Islam adalah sebuah agama perang, yg langsung menuai demonstrasi besar-besaran menolak sang Paus saat hendak berkunjung ke Turki… Bedanya kalau yg dilakukan Khomeini adalah sebuah reaksi sebagai hasil dari suatu aksi dari Salman Rushdie, maka Benedictus XVI melakukannya sebagai suatu aksi seolah-olah itu adalah pesan sponsor dari pihak2x tertentu yg telah mendukung dia untuk bisa naik menjadi Paus..

Reaksi adalah sebuah tindakan pasif yg tidak akan terjadi kalau tidak ada aksi. Sedangkan aksi adalah menciptakan suatu tindakan yg akan menuai reaksi. Sebenarnya dapat terlihat mana yg lebih baik dalam masalah ini, yg memberikan reaksi atau yg membuat aksi..?

Menurut saya memang seharusnya untuk pemimpin keagamaan dg kapasitas seperti itu, mereka tidak seharusnya melakukan hal2x yg memperuncing masalah, tapi sekali lagi lebih jeli-lah dalam melihat permasalahan seperti itu untuk bisa memahami apa sebenarnya yg terjadi dibelakang itu, apa yg ingin mereka capai dg itu, dan mengapa mereka melakukan itu. :)

Maka itulah saya selalu mengajak anda2x semua yg beragama apapun, untuk meninggalkan pola pemahaman & pendidikan agama secara doktrinal, dan memberi kebebasan orang untuk bisa berpikir secara bertanggung jawab dalam memahami agamanya. Dan jika kita menemui seseorang belum dapat untuk memahami agama dg akal budi, kita semua berkewajiban untuk memberikan padanya pemahaman yg benar dengan penjelasan yg logis, karena Tuhan telah memberikan akal pada manusia, dan itu harus digunakan untuk memahami pesan2x-Nya dalam agama, bukannya membuang fungsi akal untuk dapat memahami agama & mengisinya dg doktrin2x yg tidak memberi tempat pada akal manusia untuk mencernanya. Karena Tuhan memberikan agama & kemampuan akal budi pada manusia adalah untuk dapat dimanfaatkan secara maksimal, seimbang, dan saling melengkapi untuk mendapatkan hidup yg baik & mulia di dunia maupun di akhirat nanti. Karena sekali orang terpola pemahaman agamanya secara doktrinal, ia akan mudah untuk “dikendalikan” oleh pihak2x tertentu untuk bertindak tidak pada tempatnya justru dg menggunakan dalih agama. Hal ini bisa terjadi pada agama apapun, termasuk Islam & Kristen, seperti yg dapat kita saksikan dalam perjalanan sejarah keduanya.

0 Kata Kau:

UTM Bloggers


Photobucket
Sah Milik : http://mrundercover90.blogspot.com/. Dikuasakan oleh Blogger.